wanita diujung harapan

‘Indah’ adalah kata yang tidak cukup untuk menggambarkannya.Sedangkan kata lainpun tidak cukup. Namanya terus keluar dari setiap kata-kata yang kuucap.Aku kemudian mencoba menghentikan keanehan itu.Bibirku bisa saja kering,tetapi namanya tidak habis-habis.Maka aku menutup mulutku rapat-rapat dengan kedua tangan yang membekap kencang.Lalu namanya berhambur disetiap nafasku yang berhembus ke udara.Aku semakin panik dibuat keadaan ini.Sungguh dia memiliki pesona luar biasa,sampai-sampai aku kelabakan sendiri.



Januari….Namanya cantik seperti Bulan Januari yang bersalju.Sontak membuatku memelihara cinta untuknya.Sejak itu pun aku selalu memiliki warna disetiap hariku.Maka aku mengumpulkan senyumnya setiap hari.



Sampai suatu hari,semua telah kupunya tuk meyakinkannya.Rasaku padanya tak pernah berkurang,meski setitik,meski seinci,melainkan hanyalah semakin meninggi sejak pertama kali kulihat dia.Dia datang diPenghujung asa,disaat cinta hampir menjadi sebuah kemustahilan.Namun dia mampu membuat kebekuan cair oleh sinaran matanya.Begitu hangat,begitu menggairahkan....



Aku tak pernah melihat kekurangan dari tiap tiap centi tubuhnya,melainkan hanyalah kesempurnaan pahatan dari karya Tuhan.Aku benar Benar memuja Namanya.



Aku harus mengungkap rasaku ini sebelum aku mati dibuatnya.Karena setiap detik yang kulalui adalah siksaan dalam ketidak pastian.Aku tak yakin bisa bertahan lebih lama lagi.Dia selalu menghadirkan kekaguman yang tak ada habisnya.Dia cantik disetiap senyumnya,dia indah disetiap auranya."Tuhan,tolong satukan kami berdua."



Matahari belum lagi berada ditengah-tenggah langit,namun panasnya telah mampu membakar belahan bumi ini.Kupercepat langkahku yang berpijak di atas trotoar.Sesekali bahuku menyenggol pejalan kaki lain.Namun mereka tak memperdulikannya.Hanya menoleh sebentar,kemudian berlalu.Mereka mungkin sudah terlalu sibuk dengan urusan mereka,sepertiku yang mencari seseorang,sebuah nama.....



Aku sampai diperempatan jalan yang sesak.Ada orang disana sini,ada kendaraan disana sini.Sejenak kuatur nafasku yang berpacu meninggalkan ritmenya.Kurasakan peluh dingin keluar dari pori.Mataku memicing dan menjelajah kesetiap sudut kota,dan saat itulah kutemukan dia.Sipemilik nama indah itu.Dia duduk manis sendiri dibawah naungan seng Halte yang mulai berkarat.Sesekali dia berdiri dan menengok ke ujung jalan,kemudian duduk kembali.Menunggu."Thanks God,aku belum terlambat."Seruku dengan Nafas panjang kelegaan.



Aku melangkah mendekatinya,namun semakin mendekat kakiku semakin bergetar.Jalan didepanku semakin sempit saja,seakan aku akan terjatuh di jurang tak berdasar.Begitu dalam...



Aku tahu ini bukanlah keraguan,karena aku tak pernah ragu atas rasaku ini.ini mungkin hanyalah kekakuan seorang pengelana yang pertama kali mengenal cinta.Namun selambat-lambatnya langkahku,aku sampai juga di hadapannya."Ya Tuhan,dia jauh lebih cantik saat dilihat dari dekat."Dia yang menyadari kehadiranku memancarkan pandangan kearah tepat dimataku.Aku menangkap matanya.Aku merasakan ketaduhan,namun juga merasakan kehangatan di satu tatapannya.Apa ini?aku bingung setengah mati.



"Apa kau ingin menemuiku?"dia membuka percakapan saat aku masih kacau oleh pesonanya."Yah.....maksudku,aku mencarimu."hanya itu yang bisa kujawabkan dengan mata yang masih menatapnya.terpaku.Dia menebak maksudku dengan begitu tepat."Apa yang membuatmu mencariku?Kau masih asing bagiku.Kita belum kenal satu sama lain."keningnya mengerut sedikit."yah....yah...kau belum mengenalku."Dia menyodorkan tangannya kearahku.aku baru ingin menyambutnya saat kulihat sebuah cincin emas melingkar apik di jari manisnya.Dengan mahkota berinisial J&J.Jelas 'J' itu melambangkan namanya,Januari.Hanya saja aku begitu penasaran dengan 'J' yang satunya lagi.Apakah itu nama seseorang yang dicintainya.Oh Tuhan,apakah itu artinya dia punya kekasih?Aku setengah mati penasaran.Lalu kutatap kembali dia,namun kali ini aku tidak lagi melihat senyumnya yang terkulum indah yang tadi.Kini senyum indah itu berganti raut penasaran.Dia menatapku lekat-lekat.Kemudian mengikuti arah pandanganku pada sebuah cincin yang menyita perhatianku.Sekarang dia semakin mengerutkan kening."Cincin itu indah."spontan aku memasang senyum."Oh,ini pemberian suamiku sebagai hadiah pernikahan kami."Ia kemudian tersenyum bangga.Sedangkan aku sesaat serasa tersambar petir.Petir yang sangat dahsyat menghantamku tepat didadaku membuat hatiku koyak tercabik-cabik.Oh Tuhan,selama ini aku hanya bermain dikemustahilan.Aku mencintai sebuah Nama yang tak mungkin kumiliki.Seketika bahasaku kacau balau.Aku sakit bukan kepalang dibuat rasa iini.



"Aku telah memiliki keluarga kecil,dan kami sangat bahagia.Suamiku seseorang yang baik dan anak kami lucu.Nah sekarang apa kau ingin berbagi cerita denganku?atau kau ingin mengatakan sesuatu?"Tanyanya penuh semangat.



Aku berbalik menjauh.Aku tak mampu lagi mengeluarkan kata apapun,tak ingin berada dikeadaan ini lebih lama lagi.semua Harapan telah hitam berlumur tinta,tinta kesakitan."Hei,bukan kah kau mencariku tadi?"dia berdiri tepat dibelakangku."Yah...aku ingin mengatakan sesuatu,tadinya....tapi sekarang tak ada gunanya lagi aku tanyakan hal itu."aku berbalik kembali kepadanya.Dia tampak semakin cantik,namun serasa semakin jauh dariku."Apa yang telah membuatmu berpikiran begitu.Bahkan aku belum tahu,dan belum menjawabnya""Kau baru saja menjawabnya...sebenarnya aku ingin mengatakan rasaku padamu.Berharap aku akan menjadi lelaki yang selalu berada didekatmu.Namun kemudian ku tahu bahwa Seorang lelaki telah mendahuluiku tuk memilikimu."Aku merunduk masih belum sepenuhnya menerima fakta ini.



"oh...."Dia mengambil jeda sambil matanya yang sendu terus-terusan menggerayangi wajahku,wajah seorang lelaki yang dadanya telah hancur tak berbentuk."Terima kasih kau telah mencintaiku.Aku merasa bangga akan hal itu,meski aku tak pernah merasakannya.tapi bukankah cinta itu hanya satu hal dari jutaan hal yang bisa membuat kita dekat?"Perlahan dia mendekat dan memegang tanganku.Begitu dingin,begitu halus..."Apakah menurutmu ada hal lain yang bisa membuat kita bersama?Kutatap matanya sendu.Namun kutahu mataku lebih sendu dari mata itu."yah..dengan kita bersahabat mungkin?""Tidak...aku tak ingin menjadi sahabatmu.Aku takut akan semakin hancur sakit jika harus berada didekatmu namun tak bisa memilikimu."



Kurasakan tubuh kami menyatu dalam pelukan.seakan angin pun tak kami biarkan mengantarai kami.Aku kemudian merasakan sejenak kehangatan dalam cinta yang semu.Hanya sebentar kemudian semua itu berlalu seiring dia pergi menjauh keujung jalan,ke ujung harapan........

Comments

Popular posts from this blog

manajemen kelas

DINUL ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA